A.
PENDAHULUAN
SULIBRA
(Satuan Unit Lestari Bersahaja) merupakan sebuah komunitas yang berada di
wilayah desa Sukapura yang mana merupakan perkumpulan para warga desa Sukapura
yang memiliki kepedulian terhadap pelestarian Lingkungan. Terbentuknya Sulibra
ini sejalan dengan program Ecovillage BPLHD yang mendukung kegiatan CItarum
Bestari (Bersih, Asri, Indah dan Lestari) Sebanyak 25 orang yang terlibat dalam
Sulibra ini merupakan kelompok yang telah dibina dalam 8 kali pertemuan
Ecovillage dan beberapa kali melakukan kegiatan Aksi dan Sosialiasi lingkungan
kepada masyarakat khususnya wilayah Sukapura.
SULIBRA
hadir setelah 4 kali FGD (Focus Discussion Grup) Ecovillage tepatnya pada 23
April 2014, setelah melalui proses seleksi nama perkumpulan yang di usulkan oleh
para peserta dan disetujui oleh semua peserta beserta fasilitator Lokal dan
Fasilitator. SULIBRA memang tergolong komunitas yang baru terbentuk namun
harapannya tinggi dan panjang sehingga kehadiran SULIBRA ini diharapkan tidak
hanya hadir dan ada pada program ecovillage ini namun bisa tumbuh dan
berkembang menjadi organisasi yang bisa terus exis dan berperan dalam
pelestarian lingkungan. Beberapa kegiata telah dilakukan oleh SULIBRA di
wilayah Sukapura, namun SULIBRA memiliki keinginan besar dalam melestarikan
lingkungan, sehingga menyusunlah rencana program 2 tahun kedepan yang akan di
jalankan SULIBRA. Hasil pembinaan yang di berikan selama FGD menjadi dasar dan
pedoman dalam membuat program kedepan khususnya dalam materi analisis masalah
dan potensi, sehingga terbentuklah Proposal Usulan Rencana Program SULIBRA
periode 2014-2016 yang diharapkan mampu untuk mengurangi bahkan mengatasi
permasalahan lingkungan khususnya di wilayah desa Sukapura.
Proposal
usulan ini merupakan bentuk usaha untuk mencari bantuan dan partisipasi pihak
lain dalam melakukan pelestarian lingkungan khususnya di wilayah Sukapura.
Adapaun dalam penulisan dan pemilihan bahasa mungkin terdapat kekeliruan yang
tidak sesuai dengan seharusnya, tim penulis memohon maaf atas segala kekurangan.
Proposal usulan rencana program ini merupaka rencan kerja SULIBRA selama 2
tahun kedepan, adapun dalam
pelaksanaannya akan disesuaikan dengan keadaan dan kondisi lapangan.
Semoga hadirnya proposal ini merupakan jalam kebaikan untuk kita semua dan
pelestarian lingkungan yang lebih baik.
B.
ANALISIS MASALAH DAN POTENSI
Hasil pembahasan dalam
FGD selama 8 pertemuan yang dilakukan Secara umum masalah lingkungan yang
berada di desa Sukapura secara garis besar dapat digolomgkan dalam 4 kategori
di antaranya :
1.
Masalah sampah
Sukapura merupakan salah satu desa
yang sedikit memiliki tempat pembuangan sampah. Sehingga kebanyakan masyarakat
membuang sampah ke tempat yang banyak menggunduk sampah, sesekali di bakar.
Rata-rata warga Sukapura membuang sampah sambil berangkat ke kebun dan membuang
ke cekungan yang nantinya mengalir ke sungai Citarum. Beberapa tempat yang
biasa digunakan masyarakat untuk membuang sampah :
a. Kampong
Argasari
b. Lapang
volley Argasari
c. Pinggir
jalan Dangdang
d. Manisi
e. Legok Orok
f. Caringin
Debit sampah yang di hasilkan oleh warga
Sukapura banyak berasal dari sampah domestik rumah tangga, sampah organic sisa
pertanian kebanyakan di kubur di sekitar kebun dijadikan pupuk kompos.
2.
Masalah lahan kritis
Lahan kritis menjadi
masalah yang menjadi sorotan, secara relief Sukapura yang berbukit dan sangat
sedikit lahan datar membuat lahan kritis di desa Sukapura sangat berpengaruh
terhadap permasalahan lingkungan. 85% lahan miring 15% lahan datar membuat desa
Sukapura rawan longsor dan pengikisan lapisan tanah. Dari 85% lahan miring yang
berada di desa Sukapura 65% di jadikan lahan pertanian, 25% di jadikan
pemukiman, 3% tempat pembuangan sampah, 7% lahan miring hijau yang ditanami
pohon tegakan. Dari 65% lahan miring yang dijadikan lahan pertanian ada beberapa
wilayah yang menjadikan masalah ketika musim hujan turun yang mengakibatkan
banjir lumpur yang mengalir ke jalan dan bangunan warga sehingga merusak dan
merugikan warga Sukapura. Lahan kritis tersebut berada di wilayah perkebunan
PTPN VIII kawasan RW 14 dan RW 3 desa Sukapura. Status lahan tersebut sampai
saat ini menjadi lahan persengketaan yang belum menemukan penyelesaian.
3.
Pelestarian mata air
a.
Mata air kebon 18
Mata
air Kebon 18 merupakan salah satu mata air yang mengeluarkan air dengan debit yang
cukup banyak sehingga bisa di alirkan ke warga Sukapura bahkan mengairi warga
desa Giri Mulya yang jaraknya lumayan jauh, bahkan mampu juga untuk mengairi
kebun ketika musim kemarau datang. Lokasi mata air yang berada di sekeliling
kebun warga kondisinya cukup memprihatinkan. Berada di kawasan perhutani mata
air kebun 18 dahulu sempat memiliki penampungan air yang cukup luas dalam
sebuah situ yang biasa disebut Situ Bah Edo. Dahulu situ bah Edo memiliki luas
di perkirakan memiliki luas kurang lebih
1,5 Ha yang mengelilingi sebuah bukit di tengahnya menambah keindahan sebuah
situ. Pembenahan situ bah edo pernah dilakukan pada tahun 2010 dengan membuat
sebuah tanggul, namun perawatan yang kurang membuat kondisi situ bah edo
menjadi di penuhi rumput.
b.
Mata air Cibodas
Mata
air cibodas merupakan mata air yang menghidupi sebagian besar masyarakat desa
Sukapura. Debit air yang keluar dari mata air Cibodas yang besar membuat mata
air Cibodas sangat sayang sekali kalau tidak di rawat dan dijaga kelestarian
daerah penyanggahnya. Cibodas memiliki 2 kawasan mata air yang sama besar
debitnya. Kawasan 1 di buat sebuah kolam untuk menampung air yang keluar dar
mata air yang berjumlah 6 mata air yang keluar air. Ada tanggul untuk
menyalurkan air ke peralon ukuran diameter
6 inci yang mengalirkan air untuk warga RW 14. Kawasan 2 merupakan mata air
yang dulunya sama memiliki kolam penampungan, namun sekrang pinggiranya menjadi
kebun sayuran. Dari mata air kawasan 2 mengalirkan air untuk warga RW 13, RW
11, RW 12, RW 10, RW 9 dan RW yang lainnya. Mata air Cibodas selain untuk air
rumah mat air cibodas kawasan 2 ini juga untuk mengairi kebun.
Mata
air Cibodas juga mempunyai riwayat sejarah yang berharga dalam perjuangan
bangsa Indonesia dalam melawan Belanda. Di daerah dekat mata air Cibodas
terdapat sebuah gua buatan manusia yang konon cerita merupakan buatan warga
Indonesia pada masa penjajahan, namun keberadaan gua ini sangat mengkhawatirkan
karena telah tertutupi semak dan pintu masuknya menjadi kebun. Pada tahun 90 an
pernah dilakukan penelitian oleh salah seorang Arkeolog ITB dan warga belanda
yang meneliti kedalaman gua tersebut. Alasan penelitian penelitian arkeolog
tersebut konon katannya ada tulisan
Kolonial Belanda yang menerangkan bahwa gua ini merupakan gua penyimpanan
amunisi Belanda karena Bukit yang ada sebagai tembok pertahanan bangsa Belanda
dari perlawanan bangsa Indonesia. Gua ini di buat sangat dalam, bahkan konon
katanya menembus daerah Ciberem. Gua yang begitu dalam ini menjadi aliran
sungai bawah tanah dan tertutup batu besar yang menutup gua di daerah Cibodas
sehingga air sungai bawah tanah ini keluar di kawasan Cibodas, Argasari RW 14
desa Sukapura Kec. Kertasari.
c.
Mata air Sarang Tengah
Mata
air sarang Tengah merupakan mata air yang berada di perbatasan daerah
perkebunan dengan tanah masyarakat. Lokasinya berada di lembahan bukit Sukahaji
sebelah timur dan Bukit Argasari sebelah
barat dan sebelah selatan bukit perkebunan afdeling Argasari. Mata air Sarang
tengah ini di sanggah oleh pohon caringin yang cukup besar yang berumur di
perkirakan berusia 150 tahun. Debit air Sarang tengah ini mengalami penurunan
beberapa tahun ini di tambah kejernihan air yang sedikit keruh karena kolam
penampungan yang kurang terawat, sehingga pemanfaatanya sedikit untuk warga di
Nyalindung dan Cinangka, tetapi lebih banyak di gunakan untuk mengairi kolam
ikan yang dimiliki warga serta MCK yang digunakan warga Sukahaji yang
kondisinya sangat mengenaskan.
d.
Mata Air Kang Uja
Mata
air kang Uja berada di kawasan RW 11 yang tanahnya dahulu di miliki oleh Kang
Uja, namun kondisinya memprihatinkan bahkan mungkin mata air ini bila di
biarkan hanya tinggal kenanangan karena debit air yang menjadi sedikit. Padahal
dulunya mata air ini debit air yang keluar lumayan besar bahkan mampu mengairi
2 Situ yang ada di tambah pembuangan air dari Sarang Tengah. 2 Situ ini
terakhir pada tahun 2012 telah di tutup dan di buat menjadi kebun sedangkan
situ yang paling besar telah di tutup dan sekarang menjadi SMPN 2 Kertasari
4.
Kebencanaan
Wilayah
desa Sukapura merupakan desa yang pernah beberapa kali mengalami bencana, di
antaranya bencana gempa pada tahun 2005 dan gempa Pangandaran 2009. Letaknya
yang berada di tengah riungan gunung dengan kontur tanah berbukit membuat desa
Sukapura juga rawan longsor, pada musim hujan tahun 2013 saja terjadi 5 lokasi
longsor yang menimpa rumah warga.
5.
Tata ruang pengelolaan lingkungan
Tata ruang juga menjadi masalah di desa
Sukapura, letak bangunan maupun lokasi pertanian yang semrawut menjadikan
masalah dalam pengelolaan lingkungan. Beberapa lokasi yang di anggap mengganggu
ekosistem dan kelestarian lingkungana diantaranya :
1.
Bangunan SMPN 2 Kertasari, yang mana
dulunya merupakan situ dan sumber mata air
2.
Perkebunan yang di jadikan lahan
pertanian warga di sekitar mata air
C.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
dan tujuan dari Rencana Program SULIBRA 2 tahun kedepan ini adalah sebagai
berikut :
1.
Sebagai bentuk usaha penanggulangan
masalah lingkungan hidup di desa Sukapura
2.
Sebagai bentuk nyata rencana tindak
lanjut dari FGD Ecovillage BPLHD 2014 desa Sukapura.
3.
Mengatasi pemasalahan lingkungan hidup
di desa Sukapura yang berhubungan lansung dengan sungai Citarum sebagai bentuk
dukungan dalam program Citarum Bestari
4.
Sebagai bentuk solidaritas komunitas
SULIBRA dalam mempererat tali silaturahmi diantara anggota, masyarakat,
pemerintah dan Alam.
5.
Memberikan Hak azasi manusia dalam
bidang lingkungan HIdup kepada masayarakat desa Sukapura.
D.
TARGET PENCAPAIAN
Dalam
kurun waktu dua tahun kedepan komunitas SULIBRA memiliki target pencapaian diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.
Berkurangnya lahan kritis di desa
Sukapura, khususnya daerah RW 14 dan RW 3 yang berkibat lansung terhadap
keberlansungan hidup warga desa, targetnya 5-10 m dari bahu jalan terdapat
lahan hijau yang menahan aliran lumpur.
2.
Adanya pengelolaan sampah terpadu di
desa Sukapura dengan tersedianya tong sampah/tempat sampah di 20 RW yang berada
di desa Sukapura serta terdapat mesin pencacah yang bisa mengelola sampah yang
telah dikumpullkan dan menjadi sebuah kegiatan yang memiliki nilai jual
terhadap masyarakat.
3.
Terpeliharanya 6 mata air dan kawasan
resapannya minimal radius 50 m dari pusat mata air yang berada di desa
Sukapura. Selain itu terdapat pengelolaan dan pembagian air yang merata kepada
seluruh masyarakat desa Sukapura.
4.
Adanya pendidikan dan sosialisasi rutin
terhadap masyarakat khususnya pemuda dengan berdirinya sekolah alam komunitas
SULIBRA.
5.
Adanya regenerasi di komunitas SULIBRA
sehingga bisa melanjutkan perjuangan dalam mengatasi masalah lingkungan hidup
di Sukapura khususnya umumnya di desa lain.
6.
Adanya secretariat resmi SULIBRA
(basecamp) tempat berkumpul dan berdiskusi mengenai masalah lingkungan di desa
Sukapura.
7.
Mampu untuk menanam dan merawat 1,000
pohon yang di tanam di kawasan lahan kritis, bantaran Sungai , bahu kanan kiri
jalan di desa Sukapura.
E.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Program
yang telah disusun dalam FGD selama 8 kali pertemuan akan dituangkan dalam
bentuk kegiatan, adapun kegiatan yang akan dilaksanakan oleh komunitas SULIBRA
adalah sebagai berikut :
1.
Pengembaraan & Deklarasi SULIBRA
2.
Gerakan rawat pohon metode infus (GRPMI)
3.
Sosialisasi penanganan masalah
lingkungan & nonton Bareng bersama warga
4.
Kegiatan pengelolaan sampah terpadu dan
penyediaan bak sampah di 20 RW dan mesin pencacah sampah.
5.
Kegiatan pertemuan rutin intern
komunitas dan kajian lingkungan rutin 2 minggu sekali bersama warga
6.
Pembuatan persemaian bibit pohon
7.
Kegiatan penanaman bantaran sungai
cihejo sepanjang 2 km dan bahu jalan raya Sukapura sepanjang 10 km
8.
Pendataan petani lahan kritis dan bantaran
sungai
9.
Penataan taman bermaian ruang terbuka
hijau
10. Penerbitan
bulletin SULIBRA setiap 3 bulan sekali
11. Pemetaan
wilayah rawan bencana dan mitigasi bencana
12. Pelatihan
dan simulasi bencana bagi masyarakat
F.
SUSUNAN KEPANITIAN KEGIATAN
Terlampir
G.
SUSUNAN ANGGARAN
Terlampir
H.
PENUTUP
Kegiatan yang kami
rancang merupakan kegiatan positif, sebagai bentuk
pengabdian putra daerah kepada tanah kelahirannya yang bisa memberikan manfaat besar untuk kedepannya.
Rencana kegiatan inipun merupakan bentuk tindak lanjut dari FGD Ecovillage
BPLHD Jabar sebagai komunitas yang di bentuk dan di bina 8 kali pertemuan.
Proposal ini disusun sebagai kerangka
dasar dalam bertindak dan bekerja, segala sesuatu yang tercantum di dalamnya
merupakan standar minimal yang harus diraih dalam kegiatan yang telah di
deskripsikan di atas. Menjadi tekad dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan
upaya yang lebih optimal. Untuk itu kami mengharapkan dukungan dari semua
pihak, baik yang berupa dukungan moril maupun yang lainnya.